Tantangan pelayanan kesehatan (Healthcare) Indonesia di masa Pandemi
2 September 2021
Jakarta, Terralogiq mengadakan webinar bertajuk “Menyongsong tantangan pelayanan kesehatan dalam penanganan COVID-19 di Indonesia” Penyelenggaraan webinar ini merupakan rangkaian webinar keempat #TerraTalks di tahun 2021. Dengan tema healthcare atau pelayanan kesehatan dalam tajuk webinar kali bertujuan untuk membangun inisiasi, serta kolaborasi antara para pelaku usaha pelayanan kesehatan dan pemerintah dalam upaya berbagi kiat dan pengalaman serta inovasi dalam menghadapi masa Pandemi.
Yang menjadi narasumber pada pelaksanaan webinar ini adalah dr. Anas Ma’ruf MKM selaku Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kemudian Michael Andreas selaku Associate Director of Product Halodoc dan Farry Argoebie selaku CTO PT Terralogiq Integrasi Solusi.
Selama wabah COVID-19, pemerintah Indonesia bekerja keras dalam memastikan akses perawatan kesehatan bagi warganya. Negara ini menduduki peringkat ke-17 untuk ekonomi paling berisiko selama wabah, yang mempertimbangkan faktor medis dan non medis dan pengaruhnya masing-masing terhadap ekonomi.
Dalam studi dan survey COVID-19 Performance Index yang dikeluarkan Sydney’s Lowy Institute, lima negara Asia Tenggara berada di peringkat 25 besar dari hampir 100 negara yang telah dievaluasi.
Asia Tenggara bisa dibilang cukup baik sebagai kawasan dalam mengelola jumlah kasus dan kematian COVID-19, meskipun beberapa negara seperti Indonesia masih terus berjuang untuk menahan virus corona seperti saat ini.
Pemerintah Indonesia telah mengambil sejumlah langkah tegas dalam upayanya untuk mengendalikan wabah COVID-19, termasuk namun tidak terbatas pada perluasan fasilitas perawatan kesehatan, tugas dan pajak impor untuk banyak barang medis, meningkatkan stok domestik, dan mendukung impor komersial pasokan medis sebelumnya yang hanya terbatas pada lembaga pemerintah dan pelayanan publik.
Dalam masa perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, pandemi COVID-19 telah menyebabkan pemerintah, organisasi kesehatan, dan industri healthcare menyesuaikan dengan berbagai tantangan operasional dan keuangan yang tidak pernah terpikirkan di masa lalu. Saat kita dilanda krisis, mereka yang muncul di depan kemungkinan besar adalah mereka yang telah mengenali bagaimana kondisi pasar terkait COVID-19, pergeseran sosial ini telah menyebabkan ketidakpastian yang perlu kembali lagi dinavigasi serta memanfaatkannya sebagai momentum atau kesempatan untuk tumbuh dan berubah bersama.
Baca juga: Location Intelligence dalam layanan Healthcare Indonesia
Anas Ma’ruf menjelaskan “Jadi saat ini Kemenkes sedang melakukan transformasi digital di bidang kesehatan apalagi di era pandemi covid ini bahwa saat ini distribusi informasi, distribusi transformasi digital itu juga menjadi kebutuhan yang harus dihadapi, untuk itu Kemenkes melakukan upaya-upaya ke arah sana.”
Melalui pemaparan Anas pada sesi #TerraTalks upaya transformasi kesehatan secara umum dan tujuan dalam 5 tahun kedepan adalah dengan 6 dasar yang dilakukan Kemenkes: Transformasi pelayanan primer, layanan rujukan, sistem kesehatan, pembiayaan yang bagus, peningkatan SDM, dan teknologi kesehatan.
Dari 6 dasar yang Kemenkes lakukan yaitu upaya Transformasi teknologi kesehatan seperti contoh integrasi dan pengembangan sistem data kesehatan yaitu bagaimana personal data health (data pasien) bisa ter record dengan tetap terjaga keamanannya kerahasiaanya untuk memudahkan pasien dan pelayan kesehatan. “Kemudian aplikasinya agar migrasinya sama standard data yang sama dan juga penguatan ekosistem teknologi kesehatan agar regulasi juga mengikuti.” ungkap Anas Ma’ruf.
Baca juga: Bagaimana Terralogiq membantu Halodoc menghemat sampai 20%
Sejalan dengan hal tersebut Michael Andreas berpendapat “Pandemi mempercepat industri healthcare untuk berinovasi dan bagaimana caranya untuk menghadapi ketidakpastian karena keadaan Pandemi, karena Inovasi ini datang dari kebutuhan.”
“Transformasi digital saat ini juga luar biasa menjadi tantangan kedepan, jika dulu orang menjadikan pelayan kesehatan sebagai centric namun sekarang ini berbeda, justru orang/subjek yang membutuhkan adalah center nya (terbalik) ex : dulu orang mencari faskes sekarang faskes yang mencari pasien. (Patient centric). Menurut Michael agar produk pelayanan kesehatan bisa diterima baik oleh masyarakat, prinsip pertama dalam pelayanan kesehatan adalah mengacu patient centric. yang kedua adalah prinsip pelayanan kesehatan.
Tetapi dengan jumlah kasus COVID-19 yang masih tumbuh, industri healthcare, pharmacy di Indonesia dan sektor perawatan kesehatan juga harus mempertimbangkan bagaimana mereka dapat memanfaatkan teknologi yang lebih baik untuk dapat mengatasi beberapa kendala yang terjadi baik secara jangka pendek dan jangka panjang.
Pemanfaatan teknologi untuk penanggulangan COVID-19 dan mendekatkan pelayanan kesehatan
Kemenkes melakukan berbagai terobosan digital dengan meluncurkan platform pengembangan sistem informasi Siranap, telemedicine isoman, layanan pemanfaatan ketersediaan obat di apotek, pelacakan kontak melalui aplikasi silacak, dan untuk melakukan pencegahan dilakukan dengan menggunakan aspek pemanfaatan data, yaitu dengan aplikasi Pedulilindungi.
“Tentu dalam era pandemi ini bahwa penggunaan teknologi informasi sangat penting karena orang saat ini dengan himbauan dirumah saja sehingga pelayanannya pun memang harus diupayakan dengan menggunakan teknologi informasi. Teknologi terus berkembang bahkan semakin maju dan kecepatannya luar biasa dan harus digunakan seluas-luasnya.” ungkap Anas Ma’ruf.
Teknologi yang ideal juga yang terjangkau, tidak menyebabkan curang kesenjangan, murah, peningkatan pelayanan bisa diterima masyarakat dan profesi kesehatan serta harus aman, andal dan bertanggung jawab dengan di imbangi dengan regulasi yang adaptif, kolaboratif, menjunjung tinggi etika, edukasi kepada masyarakat, serta regulator dan terakhir kerangka kebijakan dan regulasi kesehatan harus adil lincah tidak meninggalkan prinsip keselamatan pasien dan kualitas pelayanan.
Secara khusus, adanya perpaduan kolaborasi dari pemerintah dan industri sekarang ini seperti telemedicine pada healthtech semakin muncul dan menjadi salah satu bagian terpenting dalam perjuangan Indonesia melawan COVID-19.
Michael Andreas mengungkapkan “Ketidakpastian dari pandemi ini membawa perubahan yang sangat banyak dalam satu malam, jadi healthcare platform itu harus menjadi agile. yang artinya platform being able to understand to adapt and to change quickly do ever involving environment.”
Pada pemaparannya Farry Argoebie menuturkan “Pada era pandemi COVID-19 ini habit customer itu sudah shifting dan ini terjadi di semua industri maupun healthcare, retail, dan FMCG. Contoh dulu orang suka berbelanja offline sekarang online, orang dulu biasanya pergi jauh sekarang fokus ke areanya sendiri.” Hal yang sama terjadi di healthcare terutama dengan section lockdown, PPKM untuk itu masyarakat harus beradaptasi dengan bagaimana cara menghadapinya.”
Lebih lanjut Farry menjelaskan “Sebagai contoh di UK berdasarkan data deloitte bahwa 59% pasien di UK lebih memilih tidak ke rumah sakit dan jika bisa lebih memilih untuk online consultation. Pada 2020 dan 2021 ini banyak sekali yang mencoba online services apakah itu online consultation untuk membantu melakukan konsultasi dan juga sebetulnya healthcare factor di Inggris membuat expect sepertiga dari traffic mereka yang biasanya offline akan tetap stay online, dan ini diperkirakan akan tetap terjadi setelah pandemi juga.” Kondisi di masa pandemi membuat industri Retail dan FMCG juga ikut berbenah.
“Oleh karena itu semua nya sekarang banyak memanfaatkan keadaan ini untuk merubah cara mereka melakukan bisnis. Google Maps disini sangat penting karena bagian integral dari online services atau pengiriman barang itu adalah lokasi, jadi ketika kita akan memberokan services kepada pasien untuk mengirimkan barang atau kita mau meminta dia datang ke fasilitas terdekat kita ada kebutuhan untuk memiliki lokasi yang akurat tentang orang itu, tidak hanya secara delivery services tetapi di posisi dimana kita juga bisa mengatur rencana baru siapa yang mau ditawarkan service ini untuk itu data spasial ini sangat penting.” pungkas nya.
“Solusi dari Terralogiq untuk healthcare adalah Improving customer experience dengan routing. Teknologi baru yang di implementasi oleh Google untuk menyelesaikan masalah yang ada di lokal jadi posisi Terralogiq sangat unite position (lokal support). Menyelesaikan permasalahan dengan pemanfaatan data lokasi secara strategi dan men-detail sehingga bisa mengeksplore bisnis atau service yang bisa ditawarkan kepada masyarakat.” tutup Farry Argoebie.
Langkah selanjutnya yang mungkin dilakukan adalah mengembangkan kerangka kerja yang mengintegrasikan ketahanan, kolaborasi bersama dan mendorong untuk accelerate digital. Bersama mari kita berkolaborasi, gotong royong untuk mengantisipasi, merespons, dan tumbuh dengan lebih baik dari ancaman dan krisis di masa depan.
Baca juga: Mengenal Location Intelligence dan Pemanfaatannya