Mengenal Smart Agriculture dan Pemanfaatannya dalam Bisnis

19 April 2023

Pernahkan Anda terpikir bagaimana jika ada sistem pertanian cerdas menjadi lebih canggih karena memanfaatkan teknologi? Atau pernahkah Anda mendengar istilah Smart Agriculture? Perkembangan teknologi kini semakin memudahkan berbagai industri di Indonesia.

Revolusi Industri 4.0 ini berbasis jaringan internet. Sehingga, dapat dengan mudah terintegrasi dengan mesin atau device. Jaringan internet yang terhubung dengan perangkat dapat secara otomatis mengoperasikan mesin. Sistem Smart ini mempermudah pengoperasian dari jarak jauh.

Mengenal Smart Agriculture dan Pemanfaatannya dalam Bisnis

Key Takeaway

  • Smart Agriculture adalah sistem pertanian cerdas atau disebut juga sebagai smart farming. Sistem ini memanfaatkan teknologi dan inovasi sehingga kegiatan bertani menjadi lebih efektif dan efisien.
  • Smart Agriculture membantu petani untuk meningkatkan produksi sekaligus mencapai ketahanan pangan melalui teknologi.

Tahap baru teknologi informasi atau revolusi 4.0 telah masuk pada sektor pertanian. Dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia. Penerapan Smart Farming ini diharapkan dapat memudahkan pencapaian ketahanan pangan.

Apa yang Dimaksud Smart Agriculture?

Smart farming disebut juga smart agriculture dalam bahasa Indonesia dapat dikenal sebagai pertanian pintar. Konsep ini merupakan salah satu metode bidang pertanian yang memanfaatkan penggunaan teknologi. Misalnya, penggunaan platform yang dihubungkan dengan perangkat tablet atau smartphone. Selain itu, Penerapan Smart Farming juga membuat kegiatan bertani menjadi lebih ramah lingkungan.

Tujuannya untuk memudahkan pengumpulan data informasi yang berhubungan dengan pertanian. Memperoleh data lapangan secara mudah seperti status hara tanah, kelembaban udara, kondisi cuaca, dan sebagainya. Diharapkan, melalui penerapan teknologi era 4.0 ini ketahanan pangan lebih mudah dicapai.

Cara mengaplikasikannya adalah dengan menanamkan perangkat di dekat lahan pertanian. Teknologi ini membantu petani dalam melakukan kegiatan pertanian yang terintegrasi, pintar, dan bertujuan untuk mencapai ketahanan pangan.

Singkatnya, smart agriculture merupakan konsep pertanian berbasis precision agriculture. Biasanya menggunakan manajemen big data untuk teknik otomasi teknologi. Selain itu, juga memanfaatkan machine learning (kecerdasan buatan) dan Internet of Things (IoT). 

Konsep ini memungkinkan kualitas dan kuantitas produk di sektor pertanian lebih meningkat. Smart Farming adalah inovasi yang memaksimalkan beberapa elemen, yaitu:

  • Sumber daya lahan pertanian.
  • Teknologi budaya.
  • SDM.
  • Sumber daya produksi pertanian.

Program smart agriculture mencoba menjawab permasalahan sektor pertanian di Indonesia saat ini. Sistem pertanian ini diharapkan dapat mencapai target produksi yang ditentukan. Dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi (IT) 4.0  pada proses pelaksanaan yang presisi. Konsep ini kerap disamakan dengan Precision Agriculture (Pertanian Presisi). 

Metode Smart Farming Precision Agriculture terbagi menjadi dua garis besar.

1. Smart Farming

Pertanian pintar (Smart Agriculture) merupakan penggunaan platform yang dihubungkan dengan perangkat. Alat tersebut misalnya tablet atau ponsel pintar. 

Data pertanian yang dikumpulkan berupa, status unsur hara tanah, kelembaban udara, suhu dan kondisi cuaca. Alat ini akan membantu merangkum data lapangan yang ditanam di lahan pertanian. 

2. Precision Agriculture 

Pertanian presisi berfokus pada penggunaan input berupa pestisida dan pupuk. Kebutuhan ini disesuaikan berdasarkan laporan olahan data pada perangkat. Maka, meminimalisir kelebihan dosis karena dicukupi berdasarkan kekurangannya. 

Dampak positifnya, pengaplikasian pupuk atau pestisida yang pas dapat menghemat pengeluaran. Juga baik bagi kesehatan dan kelestarian tanah. Penggunaan input juga dapat dioptimalisasi.

Smart Farming Precision Agriculture merupakan kombinasi platform berbasis IoT (Internet of Things) 4.0 dan alat pertanian (Alsintan). Alat yang digunakan dikendalikan oleh teknologi dan saling terintegrasi.

Penambahan teknologi pada alsintan misalnya menambahkan sensor, GPS, dan Wifi. Sehingga kompatibel sesuai dengan platform yang digunakan. Pembaruan teknologi alsintan mendapatkan dukungan dari Dinas Pertanian dan Kementerian Pertanian melalui Balitbangtan.

Sebab, alat bertani merupakan bagian yang paling vital dalam pertanian. Berikut beberapa alat bertani berbasis teknologi.

a. Sprayer Drone

Alat ini menggabungkan teknologi dan metode aplikasi. Drone atau pesawat tanpa awak yang dipasang foliar application. Alat ini berfungsi untuk menyemprotkan pestisida pada tanaman. 

Sistem kerjanya hampir sama dengan drone pada umumnya. Bekerja di udara, menelusuri lahan dan menyemprotkan pestisida.

Menariknya alat ini terkoneksi dengan wifi pada remote control operator. Jadi, memungkinkan mengendalikan sprayer drone dari jarak jauh. Sprayer Drone memiliki sensor dan GPS (Global Positioning System). 

Drone menyemprotkan cairan yang berwujud kabut (fog) di udara. Ini disebut juga sebagai foliar application.

Foliar application adalah cara pengaplikasian pupuk pada daun tanaman. Keuntungan menggunakan alat ini dapat mengatasi kurangnya SDM lapang. Alat ini juga efektif untuk mengaplikasikan pestisida dengan jangkauan area 5 hektar hanya dalam 1 jam.

b. CI Agriculture (HARA)

Startup pertanian lokal berbasis IoT menggunakan jaringan internet. Misalnya, pada pengumpulan, pertukaran data, dan mengontrol alat di lapangan. Pengembangan sistem CI Agriculture menggunakan big data analytics

Big data analytics merupakan serangkaian data yang diambil dari lapang. Data yang dikumpulkan berupa kondisi cuaca, status hara, suhu dan kondisi tanah. Data dapat juga diperoleh dari pencitraan satelit dan drone.

Kumpulan data akan menghasilkan informasi yang akurat dan terkini. Data ini, membantu petani untuk membuat keputusan proses produksi. Kunci dari Smart Farming Precision Agriculture berupaya meningkatkan produktivitas dan laba. Ini dilakukan melalui penggunaan teknologi yang dapat meminimalisir input produksi. 

Teknologi Blockchain 

Di era 4.0 ini teknologi blockchain mulai digunakan pada bidang pertanian. Blockchain membantu petani untuk meminimalisir perbedaan data informasi. Khususnya terkait pada kapasitas, pasar, dan pembiayaan bagi pelaku pertanian. 

Konsep ini memudahkan petani memasarkan produk pada konsumen. Sehingga, menciptakan sinergi antara petani, pengusaha pertanian, dan konsumen. Menjamin transparansi aliran produk pertanian dari hulu ke hilir yang dapat dikontrol petani. 

Drone untuk Pemetaan Lahan 

Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau drone dimanfaatkan untuk memetakan lahan. Pemotretan melalui udara dengan bantuan teknologi GIS. Kelebihan pemetaan menggunakan drone adalah mendapatkan pencitraan terbaru.

Pengeluaran tidak terlalu besar untuk pemetaan area kecil. Selain itu, menghemat waktu karena hasil pemotretan dapat langsung dilihat.

Smart Farming Precision Agriculture

Sensor Tanah dan Cuaca

Sensor tanah dan cuaca (soil and weather sensor), biasanya dipasang di lahan pertanian. Petani dapat memantau, mengukur, dan mencatat kondisi tanaman. Data dari sensor meliputi kelembaban udara, tanah, suhu, pH tanah, kadar air, dan perkiraan waktu panen. Apabila terjadi anomali lahan pertanian, petani segera mendapat peringatan. 

Petani tidak lagi menebak-nebak kondisi tanah dan perkiraan cuaca. Selain itu, petani juga selalu mengetahui suhu udara. Petani dapat mengantisipasi jika perubahan suhu yang terjadi mungkin berdampak pada tanaman. Alat ini dapat dikontrol secara realtime melalui aplikasi di smartphone.

Sistem Irigasi Cerdas

Smart Irrigation atau sistem irigasi cerdas adalah bagian dari Smart Agriculture. Sistem irigasi ini telah dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Setelah menerima data dari lahan, sensor mengirim tindakan ke alat penyiraman otomatis.

Selain dapat menyiram otomatis, tentunya jumlah air yang digunakan untuk menyiram tanaman menjadi lebih tepat. Sehingga dapat lebih menghemat air karena jumlahnya sesuai kebutuhan.

Hal ini membuat kegiatan pertanian menjadi lebih hemat waktu. Ini merupakan inovasi irigasi air yang penting dalam bidang pertanian. Sistem alat penyiraman jarak jauh memungkinkan petani menyiram dari lokasi yang berbeda.

Agriculture War Room

Ruang kontrol pembaharuan pertanian atau Agriculture War Room merupakan hasil pengembangan dari Balitbangtan. Ini adalah ruang pusat komando strategis yang menggerakkan seluruh stakeholder pertanian. Sebagai bagian dari Smart Agriculture, fungsinya adalah memperbarui data pertanian nasional secara berkala.

Siscrop (Sistem Informasi) 1.0

Memanfaatkan data radar atau SAR dari satelit sentinel. Data diolah menjadi sistem informasi untuk memantau tanaman padi. Sebuah sistem yang dapat memberikan informasi dan data tanaman padi atau lainnya secara faktual. Teknologi ini dapat mengetahui suhu lahan pertanian, baik dalam kondisi hujan atau berawan.

Mengapa Smart Farming 4.0 Perlu Diterapkan di Indonesia 2023?

Sektor pertanian merupakan industri yang paling mampu bertahan selama pandemi Covid-19. Pertumbuhannya sekitar 16,24% ketika bidang lain mengalami penurunan.

Pada tahun 2050, menurut pengamatan FAO (Food and Agriculture Organization) diberitakan jumlah penduduk dunia akan meningkat sekitar 9,6 miliar. Itu berarti jumlah produksi di sektor pertanian diharapkan juga meningkat. 

Pandemi Covid-19 yang telah terjadi membawa berbagai masalah tidak hanya kesehatan. Namun, juga terindikasi lebih luas termasuk sektor pangan. Akibatnya, problem yang diberitakan tersebut memengaruhi ketahanan pangan nasional. 

Berdasarkan alasan tersebut Kementerian Pertanian menghimbau petani dan dinas pertanian untuk meningkatkan ketahanan pangan. Caranya melalui Gerakan Ketahanan Pangan Nasional. Terdapat empat metode yang disebutkan Menteri Pertanian yaitu sebagai berikut. 

  • Peningkatan kapasitas produksi.
  • Peningkatan keberagaman (diversifikasi) pangan lokal.
  • Penguatan cadangan dan sistem logistik pangan.
  • Pengembangan pertanian modern (Smart Farming, food estate, screen house, dan korporasi petani).

Digitalisasi pertanian menjadi harapan baru menyelesaikan masalah pangan di Indonesia. Generasi petani milenial merupakan solusi swasembada pangan. Oleh karena itu, kunci keberhasilan program ini dengan meningkatkan kualitas SDM.

Smart Farming atau pertanian cerdas menggunakan prinsip terintegrasi gabungan antara sistem informasi manajemen, teknologi presisi, dan cyber physical system. Revolusi pertanian 4.0 berpegang pada ketersediaan data (big data). 

Baca juga: Mengenal Traveling Salesman Problem dalam Dunia Optimasi

Apa yang Dimaksud dengan Climate Smart Agriculture?

Apa yang Dimaksud dengan Climate Smart Agriculture?

Climate Smart Agriculture atau disebut juga pertanian berwawasan iklim. Merupakan metode yang digunakan sebagai panduan pada sistem pertanian. Metode ini dapat mendukung pembangunan secara efektif. Memahami perubahan iklim yang terjadi, agar ketahanan pangan tetap terjaga.

Dalam pendekatan Climate Smart Agriculture terdapat tiga hal

  • Memandu tindakan dalam sistem pertanian,
  • Memastikan ketahanan pangan negara, dan
  • Mengetahui kondisi iklim yang berubah.

Program ini juga bertujuan untuk menjawab 3 permasalahan utama pertanian di negara Indonesia yaitu

  • Produktivitas dan sektor pertanian.
  • Dapat beradaptasi pada perubahan iklim.
  • Menghilangkan emisi gas rumah kaca.

Tiga Pilar Penyusun Pertanian Berwawasan Iklim (PBI), di antaranya :

1. Produktivitas Pertanian 

Meningkatnya produksi hasil pertanian merupakan salah satu tujuan program ini. Diharapkan pendapatan dari hasil tanaman, ternak, dan ikan dapat berkelanjutan. Sehingga, tidak menimbulkan efek negatif terhadap keberlangsungan lingkungan. 

Kunci konsep ini adalah peningkatan berkelanjutan. Produktivitas meningkat, secara tidak langsung ikut menaikkan ketahanan pangan dan gizi masyarakat. Dengan Smart Farming, diharapkan ketahanan pangan lebih mudah dicapai. Penerapan alat dan teknologi di era 4.0 ini tak sekadar inovasi. Namun juga bagian dari usaha untuk membuat kegiatan pertanian menjadi lebih pintar, lebih mudah mencapai ketahanan pangan, dan lebih ramah lingkungan.

2. Adaptasi

Meminimalisir risiko jangka pendek pada petani. Ketahanan petani meningkatkan kapasitas untuk beradaptasi. Hasil akhirnya, petani desa dapat menghadapi goncangan serta tekanan jangka panjang. 

Perhatian spesifik perlu diberitakan pada petani desa. Produktivitas petani harus tetap terjaga dengan bantuan jasa ekosistem. Layanan penting ini membantu petani meningkatkan pengetahuan mengenai adaptasi perubahan iklim.

3. Mitigasi

Keberlanjutan erat kaitannya dengan kelestarian alam. Program PBI juga memungkinkan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK). Artinya, masyarakat bersama pemerintah juga ikut membantu mengurangi emisi. 

Pencegahan deforestasi (penebangan hutan) karena pertanian harus dilakukan. Memaksimalkan potensi tanah dan pohon yang bertindak sebagai penyerap karbon (CO2) dari atmosfer bumi.

Penerapan Konsep Climate Smart Agriculture di Indonesia 2023

Solusi pertanian yang menitik beratkan pada keberlanjutan pertanian dunia. Memahami tantangan perubahan iklim yang mempengaruhi pada produksi pertanian. Keadaan ekstrem yang menyebabkan kekeringan atau banjir mempengaruhi hasil panen. 

Berita mengenai gagal panen sudah sering terjadi di Indonesia. Perubahan cuaca, musim hujan terjadi banjir, sementara di musim kemarau terserang hama penyakit. Lalu, ada pula masalah wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan. Konsep ini diharap dapat menjawab tantangan kebakaran hutan dan lahan. 

Masih banyak petani yang membuka lahan pertanian dengan menggunakan api. Cara ini memang terbilang cepat dan murah, tetapi memiliki dampak negatif. Potensi tidak terkendalinya api dapat menyebabkan masifnya deforestasi. Fakta terburuknya, rusaknya habitat bumi, kualitas udara yang buruk. Asap pembakaran menyumbang black carbon, ini jelas ikut berkontribusi pada perubahan iklim lingkungan.

Pemerintah mengharapkan, konsep ini dapat mengurangi tingkat kebakaran hutan dan lahan. Selain itu, petani meningkatkan hasil produksi pertanian desa (lokal).

Implementasi Climate Smart Agriculture di Indonesia

Pelaksanaan program ini akan berbeda tergantung tempat pemanfaatannya. Budaya pertanian di daerah juga ikut berpengaruh. 

Climate action di Indonesia masyarakat sudah terbiasa menggunakan Kalender Tanam. Perhitungan ini menjadi panduan petani mengolah lahan pertaniannya. 

Kalender tanam merupakan kemampuan petani dengan kearifan lokal. Cara ini telah dilakukan secara turun temurun. Sayangnya, kian terkikis kemampuannya karena terjadinya perubahan iklim yang ada. 

Pergeseran musim meningkatkan terjadinya fenomena ekstrim seperti El Nino. Fenomena ini kadang tidak dapat dengan mudah diketahui oleh petani lokal.

Namun, sistem Subak di Kota Bali masih terjaga penerapannya. Sistem penanggalan masih menjadi andalan di beberapa daerah di Indonesia. 

Di Kabupaten Subang, Jawa Barat telah menemukan uji coba program sejenis. Konsep ini salah satu bentuk climate action. Mereka menyebutnya dengan istilah Saung Iklim. Mulanya nama tersebut adalah penyebutan lokasi belajar informasi iklim. Penggerak yang bernama Tim Iklim, mereka berfokus memberi informasi iklim pada pertanian di Jawa Barat.

Tujuannya untuk meningkatkan kapasitas pemangku kebijakan pada level kecamatan di Kabupaten Subang. Melalui program pembangunan kapasitas, kemampuan petani untuk meningkatkan hasil pangan. Khususnya dalam mengelola risiko perubahan iklim di lingkungan tersebut. Di Saung iklim, para petani belajar 4 hal, sebagai berikut

  • Karakteristik iklim.
  • Pengelolaan pertanian.
  • Teknologi pemodelan tanaman.
  • Pengaplikasian informasi dalam Kalender Tanam.

Menjaga ketahanan pangan nasional perlu memelihara keberlangsungan pertanian. Perubahan iklim memerlukan langkah alternatif terbaik yaitu dengan adaptasi dan mitigasi. Berbasis pengetahuan iklim diharap dapat diterapkan dalam pertanian. Ini menjadi komitmen menjaga pertanian dari memburuknya perubahan iklim.

Apakah Smart Farming Bisa Diterapkan di Indonesia 2023?

Smart Farming Precision Agriculture 4.0 adalah teknologi belum diaplikasikan sepenuhnya di Indonesia. Kemungkinan akan terdapat banyak kesulitan untuk pengaplikasian program ini. Namun, dapat diatasi dengan terus mengadopsi alat teknologi secara mandiri. Belajar pada negara yang berhasil menerapkan aplikasi ini. 

Akan butuh waktu yang panjang untuk benar-benar mengaplikasikan sistem ini dengan baik. Revolusi industri 4.0 di sektor pertanian menjadi harapan untuk meningkatkan profit produksi. Serta, mengurangi penggunaan input produksi. 

Sehingga, swasembada pangan yang berkelanjutan dapat tercapai. Salah satu cara agar kebutuhan pangan tercukupi secara mandiri. Program ini memerlukan kerja sama antara pemerintah, dinas pertanian masyarakat Indonesia. Pada tahun 2023 menjadi waktu yang tepat untuk menaikkan sektor pertanian Indonesia.

Bagaimana IoT Bekerja untuk Inovasi Pertanian Modern?

Internet of Things di era digitalisasi 4.0 merupakan cara baru yang efisien. Petani dapat lebih produktif mengolah tanah dan budidaya ternak. Menggunakan bantuan alat sensor untuk merangkum data secara mendalam. 

Sejalan dengan perkembangan pesat IoT 4.0 di bidang pertanian. Penerapan pertanian kini semakin berkembang dengan menghadirkan kemudahan. Petani mudah memonitor tingkat kesehatan tanah dan tanaman. Selain itu, penerapan ini dapat menghasilkan data berupa kinerja mesin (alat), kondisi penyimpanan, perilaku hewan dan konsumsi energi. 

Smart Farming membantu petani mengurangi limbah pestisida atau pupuk. Produksi meningkat seiring minimnya jumlah pupuk dan input lainnya. Sederhananya, Smart Farming merupakan sistem padat modal dan hi-tech

Penerapan IT 4.0 modern ke dalam pertanian. Dengan harapan menanam budidaya tanaman secara bersih dan berkelanjutan. Sistem yang dibangun adalah memantau ladang tanaman dengan bantuan alat sensor. Alat sensor ini sangat peka terhadap cahaya, kelembapan, suhu, dan kelembaban tanah. 

Sistem irigasi juga dapat diatur secara otomatis. Petani dapat mengawasi kondisi ladang dari mana saja. Smart Farming berbasis IoT lebih efisien daripada sistem konvensional.

Target penerapan pertanian Smart IoT 4.0 adalah pertanian besar konvensional. Misalnya, dengan sistem penyiram air otomatis sehingga kegiatan bertani menjadi lebih hemat air. Selain itu juga mengangkat tren pertumbuhan. Diantaranya seperti pertanian organik dan pertanian keluarga (ruang kompleks atau kecil). Dapat juga digunakan untuk melestarikan varietas tanaman tertentu yang berkualitas tinggi. Pertanian menjadi meningkat secara transparan.

Baca juga: Iot Analytics: Definisi Dan Implementasi Pada Industry

Mengoptimalkan Pemasaran Hasil Produk Pertanian dengan Geomarketing

Produk pertanian yang tidak bertahan lama kadang menjadi kendala bagi para pelaku usaha. Penerapan Smart Agriculture saja belum cukup. Karena itu, produk pertanian harus segera dipasarkan dan sampai ke tangan pelanggan. Untuk mengetahui strategi pemasaran yang tepat dan lokasi pelanggan potensial, Anda membutuhkan layanan Geomarketing dari Terralogiq.

Tertarik mengoptimalkan pemasaran bisnis Anda? Anda bisa berkonsultasi langsung dengan Terralogiq Google Maps Premier Partner Indonesia terpercaya melalui email halo@terralogiq.com.

Author Profile

Albi Panatagama

Marketing and Public Relations Terralogiq Premier Partner Google Maps Platform

|

Share this post on

Related Article