Apa itu SDLC? Memahami Software Development Life Cycle

23 December 2022

Software Development Life Cycle (SDLC) didefinisikan sebagai metode pengembangan aplikasi yang mempunyai proses jelas serta kualitas yang tinggi. Adapun fase-fase software development dalam metode SDLC berfokus antara lain seperti berikut:

  1. Analisis kebutuhan
  2. Perencanaan
  3. Desain perangkat lunak seperti desain arsitektur
  4. Pengembangan perangkat lunak
  5. Pengujian
  6. Penyebaran

Key Takeaways:

  • SDLC atau Software Development Life Cycle adalah proses yang menghasilkan perangkat lunak dengan kualitas tertinggi dan biaya terendah dalam waktu sesingkat mungkin.
  • Model SDLC yang populer termasuk model air terjun, model spiral, dan model Agile.

Dalam pembahasan ini, akan dijelaskan bagaimana cara kerja dari metode SDLC sehingga Anda akan lebih mudah memahami setiap fase SDLC dan apa saja contoh metode yang diterapkan dalam SDLC.

Apa itu Software Development Life Cycle? SDLC adalah Sebagai Berikut!

SDLC adalah suatu rangkaian proses pembuatan software dengan kualitas yang paling tinggi namun hanya membutuhkan cost atau biaya yang paling rendah dalam jangka waktu yang paling singkat. Melihat definisi tersebut, tentu SDLC tampak sebagai suatu metodologi yang paling efisien dalam menghasilkan software.

SDLC berciri khas pada setiap fase yang sangat rapi, tertata, terstruktur, sehingga dapat mendukung suatu perusahaan untuk dapat cepat memproduksi suatu software berkualitas terbaik dan telah diuji secara menyeluruh sehingga dipastikan akan siap untuk memenuhi kebutuhan perusahaan.

SDLC sendiri mempunyai 6 jenis fase yang melingkupi berbagai fase yang telah dibahas sebelumnya. Adapun beberapa model dalam SDLC yang paling populer antara lain model air terjun, model spiral, dan model Agile.

Bagaimana cara kerja Software Development Life Cycle Sebagai Pengembangan Perangkat Lunak?

SDLC bekerja melalui upaya untuk penekanan terhadap biaya yang dikeluarkan selama proses software development sekaligus upaya untuk peningkatan kualitas serta menurunkan jangka waktu produksi sehingga bisa lebih singkat. SDLC dalam mencapai tujuan tersebut dioperasikan secara cermat sehingga dapat terhindar dari risiko kerugian selama proses pengembangan software.

Rencana itu dimulai dengan mengevaluasi sistem yang ada untuk mencari kekurangan. Selanjutnya, ia mendefinisikan persyaratan sistem baru. Kemudian menciptakan perangkat lunak melalui tahapan analisis, perencanaan, desain, pengembangan sistem, pengujian, dan penyebaran.

Banyak organisasi cenderung menghabiskan sedikit upaya untuk pengujian sementara fokus yang lebih kuat pada pengujian dapat menghemat banyak pengerjaan ulang, waktu, dan uang. Jadilah cerdas dan tulis jenis tes yang tepat.

Selanjutnya, mari kita jelajahi berbagai tahapan Software Development Life Cycle.

Baca juga: Mengenal Lebih dalam Profesi Software Developer

Tahapan SDC yang Perlu diperhatikan

Ikuti berbagai tahapan SDLC berikut ini untuk memastikan prosesnya berjalan dengan lancar, efisien, dan produktif.

1. Identifikasi Masalah Saat Ini

Sebelum memulai banyak tahap, ketahui terlebih dahulu apa permasalahan pada saat ini. Semua tim pengembang, pelanggan, tenaga penjualan, pemangku kepentingan perusahaan, pakar industri, hingga seluruh lingkungan pengguna perlu memberikan masukan. Ketahui pula apa saja keunggulan dan kekurangan sistem yang sedang dikerjakan, lalu perbaiki sesuai dengan tujuan yang disepakati.

2. Rencanakan

Selanjutnya, tahap SDLC kali ini akan menuntut Anda untuk melakukan perencanaan menyeluruh. Mulai dari sumber daya, besaran biaya, hingga persyaratan yang diperlukan. Rincian perencanaan ini juga perlu mencantumkan list risiko serta sub-rencana untuk mengatasi risiko tersebut.

Bisa dikatakan, perencanaan ini akan menentukan tingkat layak tidaknya suatu proyek penggarapan software serta bagaimana langkah tim pengembang untuk mengimplementasikan rencana tersebut secara optimal dan minim risiko.

3. Desain

Bagaimana kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan? Fase ketiga ini dilakukan dengan menentukan spesifikasi desain dari software yang akan digarap. Setiap pihak terlibat perlu untuk melakukan peninjauan serta memberikan feedback maupun saran atas desain yang diajukan oleh tim pengembang.

Penting pula untuk memasukkan setiap feedback, saran, maupun tinjauan dari segala pihak ke suatu dokumen. Gagalnya desain dalam proyek tentu akan menyebabkan peningkatan biaya dan risiko terjadi kehancuran total dalam proyek.

4. Membangun

Fase membangun ini merupakan fase pengembangan yang baru dimulai. Setiap tim pengembang perlu untuk berpedoman pada blue print yang telah disepakati. Pastikan pula bahwa Anda juga mengetahui kode etik dan pedoman yang berlaku secara internasional.

Misalnya, tentukan pedoman untuk file atau tentukan gaya penamaan variabel yang seperti apa. Hal ini akan banyak membantu tim pengembang untuk membuat kode yang diorganisir secara konsisten dan mudah untuk dipahami serta diuji ke fase-fase selanjutnya.

5. Uji Kode

Dalam tahap ini, kami menguji cacat dan kekurangan dari software development yang sedang dikerjakan. Kami memperbaiki masalah-masalah tersebut sampai produk memenuhi spesifikasi asli.

Singkatnya, kami ingin memverifikasi apakah kode tersebut memenuhi persyaratan yang ditentukan. Cobalah profiler kode gratis Stackify, Prefix, untuk menulis kode yang lebih baik di workstation Anda. Prefix bekerja dengan .NET, Java, PHP, Node.js, Ruby, dan Python.

Tahapan SDC yang Perlu diperhatikan

6. Penyebaran Perangkat Lunak

Dalam tahap ke-6 ini, terdapat tujuan yang perlu dicapai, yaitu melakukan penyebaran software ke lingkup produksi sehingga user aplikasi bisa memulai proses penggunaan software tersebut. Namun, justru banyak perusahaan yang menguji penggunaan bukan kepada user tetapi pada lingkungan yang khusus menangani uji coba aplikasi.

Hal tersebut memberi peluang pada masing-masing pemangku kepentingan untuk mencari posisi aman sebelum produk aplikasi tersebut dirilis di pasaran. Kesalahan atau error yang ditemukan pun dapat terungkap sebelum produk terlanjur dirilis.

7. Pemeliharaan Perangkat Lunak

Rencana hampir tidak pernah menjadi sempurna ketika bertemu dengan kenyataan. Selanjutnya, ketika kondisi di dunia nyata berubah, kita perlu memperbarui dan memajukan perangkat lunak untuk mencocokkan.

Gerakan DevOps telah mengubah SDLC dalam beberapa hal. Pengembang sekarang bertanggung jawab atas semakin banyak langkah dari seluruh proses pengembangan. Ketika tim pengembangan dan Ops menggunakan perangkat yang sama untuk melacak kinerja dan menjabarkan kelemahan software dari awal hingga akhir, ini akan memberikan hasil evaluasi yang lebih cepat di antara tim.

Alat pemantauan kinerja aplikasi (APM) dapat digunakan dalam lingkungan pengembangan, QA, dan produksi. Hal ini membuat semua orang menggunakan perangkat yang sama di seluruh siklus hidup pengembangan.

Contoh, Model, dan Metode SDLC

Untuk mendapatkan pilihan model SDLC yang paling tepat sesuai kebutuhan, ketahui beberapa contoh model sebagai berikut:

1. Model Air Terjun Atau Waterfall

Model SDLC dengan metode waterfall ini adalah yang tertua dan paling mudah. Metode waterfall ini memungkinkan Anda untuk melakukan penyelesaian dari satu fase kemudian langsung melakukan fase yang selanjutnya. Setiap fase metode ini akan mempunyai rencana singkat untuk mendukung fase selanjutnya.

Tentu kelebihan waterfall tersebut bisa menjadi pertimbangan bagi Anda untuk memilih metode ini. Namun, terdapat pula kelemahan dari metode ini, yaitu mudah terhambat prosesnya apabila terdapat detail sekecil apapun terlewati dalam proses pembuatan.

2. Model Agile

Metode Agile yang satu ini ditandai dengan ciri adanya pemisahan produk aplikasi ke suatu siklus tertentu sehingga dapat menciptakan software yang berfungsi optimal hanya dalam waktu yang singkat. Metodologi ini menghasilkan rilis yang berurutan.

Setiap rilis yang dihasilkan akan memberikan kepada tim pengembang suatu informasi feedback yang dapat diinput ke versi yang selanjutnya. Menurut pendapat Robert Half, metode Agile ternyata mempunyai suatu kelemahan, yaitu ada potensi kasus yang mungkin terjadi apabila proses pembuatan aplikasi mengalami penekanan berat dari interaksi pelanggan yang ingin membelokkan proyek ke arah yang melanggar tujuan awal.

3. Model Iteratif

Model iteratif mempunyai ciri khas pada proses pengulangan. Tim pengembang bisa membuat suatu versi aplikasi secara singkat bahkan dengan biaya yang sedikit saja untuk melakukan uji dan perbaikan suatu versi secara singkat dan berurutan.

Namun terdapat kelemahan dalam model iteratif ini. Iteratif membutuhkan sumber daya yang sangat besar dan kebutuhannya sangat cepat sehingga membutuhkan perhatian lebih untuk diprioritaskan.

4. Model Berbentuk V atau V Shaped

V shaped menjadi metode perpanjangan atau kelanjutan dari model waterfall. V shaped ditandai dengan adanya kebutuhan pengujian pada setiap tahap yang telah dilalui. Seperti halnya air terjun, proses ini dapat mengalami hambatan.

5. Model Big Bang

Model Big Bang mempunyai tingkat risiko yang tinggi karena membutuhkan sumber daya yang tinggi dan paling baik bahkan untuk proyek yang kecil skalanya. Kelebihannya, Big Bang tidak mempunyai syarat yang menyeluruh seperti metode SDLC yang lain.

6. Model Spiral

Model SDLC Spiral ini menjadi model yang paling mudah disesuaikan dengan kebutuhan. Dengan karakternya yang fleksibel, metode ini bisa dikatakan hampir sama dengan metode iteratif karena basisnya adalah pengulangan.

Spiral diterapkan dengan melalui berbagai fase, mulai dari merencanakan, membuat rancangan desain, proses pembuatan, hingga tahap uji yang dilakukan secara diulang. Setiap fasenya akan dilakukan perbaikan secara kontinyu.

Baca juga: Yuk, Kenali Peran Penting Full Stack Developer Masa Kini

Manfaat Metode SDLC

Manfaat metode SDLC adalah yang dapat dicapai setelah penerapan pengembangan software secara tepat. Adapun manfaat metode SDLC adalah dapat memungkinkan tingkat kontrol manajemen dan dokumentasi tertinggi. Tim pengembang memahami apa yang harus mereka bangun dan mengapa.

Semua pihak menyetujui tujuan di muka dan melihat rencana yang jelas untuk mencapai tujuan itu. Semua orang memahami biaya dan sumber daya yang dibutuhkan. Beberapa jebakan dapat mengubah implementasi metode SDLC menjadi lebih dari penghalang jalan untuk pengembangan daripada alat yang membantu kita.

Manfaat metode SDLC dapat diperoleh jika Anda menerapkan model ini secara konsisten sesuai rencana. Adapun kegagalan yang berpotensi terjadi bisa disebabkan oleh kesalahan perhitungan kebutuhan pelanggan dan masing-masing pemangku kepentingan organisasi.

Terralogiq, Mitra pengembangan software terpercaya

Mengembangkan bisnis di era digital, tentulah Anda membutuhkan software yang dapat diandalkan untuk keperluan otomatisasi dan efisiensi sistem. Terralogiq dapat menjadi solusi yang tepat untuk mengembangkan bisnis Anda.

Ingin meningkatkan kualitas aplikasi dan memantau kinerja aplikasi di setiap tahap metode SDLC? Cobalah memulai kerjasama dengan Terralogiq. Terralogiq merupakan perusahaan berbasis IT yang berdiri sejak tahun 2013 dan telah dipercayakan oleh lebih dari 150 klien yang tersebar di seluruh Indonesia.

Terralogiq merupakan premier partner Google Cloud, yang memungkinkan Anda untuk memperoleh akses sumber daya komputasi untuk mengembangkan dan mengoperasikan aplikasi melalui platform web. Tertarik untuk mengembangkan software perusahaan Anda bersama Terralogiq? Kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut.

Author Profile

Carissa

Marketing Communications Terralogiq Google Cloud Premier Partner

|

Share this post on

Related Article