New Connected Consumer: Digital Commerce Opportunities in Indonesia
25 Juni 2021
Jakarta, Terralogiq mengadakan webinar #TerraTalks dengan judul “New Connected Consumer: Digital Commerce Opportunities in Indonesia.” Pelaksanaaan webinar ini merupakan rangkaian series webinar dari #TerraTalks di tahun 2021. Tema yang diangkat adalah mengenai peluang dan strategi industri e-commerce di Indonesia dalam perspektif pelaku, asosiasi, partner, dan stakeholders lainnya yang ingin terus memajukan sektor digital commerce di Indonesia.
Narasumber pada penyelenggaraan webinar ini adalah Rofi Uddarojat selaku Head of Public Policy and Government Relations Asosiasi e-commerce Indonesia (idEA). Kemudian Fadil Muhammad Consumer Product Manager at Sayurbox, lalu perwakilan dari Google, Mrs Jolly Ahuja selaku Channel Sales Head (SEA & ANZ) – Google Maps Platform. Juga hadir Farry Argoebie selaku CTO PT Terralogiq Integrasi Solusi.
Sektor online dan industri e-commerce Indonesia mengalami pertumbuhan, dengan meningkat dua kali lipat setiap tahun selama tiga tahun terakhir dan dalam waktu dekat akan diproyeksikan tumbuh delapan kali lipat pada tahun 2022. Dengan populasi masyarakat Indonesia yang juga tentunya sangat banyak, dan sudah paham mengenai penggunaan teknologi internet, telah berkontribusi banyak terhadap pertumbuhan yang eksponensial ini.
Lebih dari separuh penduduk Indonesia memiliki akses ke ponsel (smartphone) dengan internet dan angka ini diperkirakan akan tumbuh hingga hampir 100 persen pada tahun 2025 mendatang. “Menurut data dari Bank Indonesia pada tahun 2021 transaksi digital akan meningkat sebesar 33% atau sebesar 337 Triliun Rupiah, secara konsisten dapat kita lihat juga peningkatannya terjadi mulai dari 2017 sampai dengan 2021 ini tumbuh setiap tahun, dan saya rasa industri e-commerce Indonesia menyumbang 60-70% dari transaksi digital nya tersebut” ujar Rofi Uddarojat dalam pemaparannya.
Lebih banyak konsumen sekarang memiliki akses dan kemudahan menerima produk serta layanan di depan pintu mereka dengan hanya satu klik jari. Tingkat kemudahan dan kenyamanan yang sama ini adalah dalam membeli barang dan menerima layanan, baik ketika kondisi full WFH seperti ini atau ketika masa di sebelum pandemi terjadi.
Industri e-commerce telah menjadi norma sosial di Indonesia
Pembeli online telah tumbuh menjadi 85 juta dibandingkan dengan 75 juta sebelum Covid-19. Nilai barang dagangan bruto industri e-commerce Indonesia tumbuh secara signifikan selama kuartal kedua tahun ini, yang membuat konsumen beralih ke online platform untuk membeli perawatan kesehatan, FMCG, dan elektronik di antara beberapa produk dan layanan lainnya.
Asia adalah wilayah pertama yang merangkul jejaring sosial untuk perdagangan. Peluang digital dibandingkan dengan kemudahan berbisnis. Kemajuan teknologi selamanya mengubah cara konsumen menelusuri dan membeli semua jenis produk dan layanan. Pergeseran dalam perdagangan ini telah mengantarkan jenis pembelanja untuk konsumen digital yang ter hiperkoneksi. Menurut Rofi “Terdapat 30% dari konsumsi e-commerce adalah konsumsi baru, jadi bukan merupakan konsumsi lama atau dikenal juga sebagai predatory offline, dari konsumsi ini orang-orang menemukan suatu pola consumption baru, dalam ekonomi disebut juga asymmetric information.”
Baca juga: 4 Efek Pengoperasian Google Maps Platform Untuk E-Commerce
Kebangkitan industri e-commerce Indonesia
Sektor digital commerce yang meningkat dari negara kepulauan ini terbentang dari ujung barat di Sumatra hingga titik paling timur di New Guinea dengan lebih dari 17 ribu pulau dan lebih dari lima ribu kilometer. Akibatnya, bisnis bisa sulit menjangkau pelanggan di daerah-daerah terpencil. Selain masalah lalu lintas yang sedang berlangsung di kota-kota utama seperti Jawa, solusi belanja online adalah cara yang diminati. Terutama dalam kondisi pandemi seperti ini data dari Google dan Temasek 2020 menemukan 55% responden dari survey yang dilakukan lebih meminati online shopping ketika Work From Home.
Namun, ini tidak berarti bahwa setiap perusahaan e-commerce akan berhasil. Terdapat banyak tantangan bagi para pemain e-commerce yang penting untuk menyesuaikan layanan dengan pasar lokal. Sebagai contoh, e-commerce Bukalapak melihat bahwa belum semua orang di Indonesia online dan karenanya menjalin kemitraan yang erat dengan toko-toko kecil di seluruh negeri. Toko-toko kecil ini dapat didekati oleh penduduk tanpa koneksi internet. Bagi masyarakat, ada kemungkinan untuk memiliki akses ke berbagai produk dan Bukalapak dapat menghasilkan uang dengan klien yang bahkan tidak memiliki akses internet.
Untuk menjaga agar penawaran perdagangan digital tetap kompetitif dan terdepan, Kita perlu merangkul jenis pemikiran baru. E-commerce tidak lagi berpusat pada satu momen monetisasi. Sebaliknya, seluruh perjalanan pelanggan harus terdiri dari serangkaian peristiwa yang semuanya berdampak signifikan pada persepsi pelanggan tentang merek Anda yang menciptakan pengalaman holistik. Semua langkah ini perlu dipertimbangkan untuk pengalaman pelanggan yang terhubung dan lancar di seluruh titik kontak. “Ada tiga pendorong seorang konsumen beralih dari belanja offline to online. Pertama motivasi atau keinginan untuk beralih dari kondisi sekarang, kemudian ability atau adaptasi mengenai digitalisasi dan literasinya, dan trigger seperti urgency di tengah kondisi pandemi, dan mempertimbangkan untuk mencoba membeli secara online.” ungkap Fadil Muhammad.
Indonesia harus mengatasi tiga tantangan mendasar untuk perkembangan ekonomi digitalnya yaitu: kekurangan bakat di arena digital, seperti profesional digital, fasilitator digital, dan pemimpin yang paham digital; lalu kekurangan dari medium company yang dapat menangkap konsumsi domestik atau peluang ekspor jika digital ekonomi dilepaskan; dan sarana yang tidak memadai untuk melacak dampak digital pada Masyarakat Indonesia.
Menghadapi tantangan mendasar ini akan membutuhkan kolaborasi antara masyarakat dan sektor swasta. Terdapat tiga ide yang dirancang untuk mendorong ekosistem digital yang lebih baik untuk Indonesia dimasa depan:
- Membuat Terobosan di Talent Pipeline
- Meningkatkan Daya Saing UKM
- Mengukur Dampak Digital
Buat indeks dampak digital commerce dengan dua bagian. Satu bagian akan melaporkan indikator yang mencerminkan apa yang terjadi di sektor konsumen, UMKM, dan talent market. “Terutama UKM itu yang paling besar ini ada tantangan bahwa kurang dari 20% UKM indonesia yang masih belum onboard ke ekosistem digital. Jadi ada peluang yang kita harus raih, kita harus mendorong digitalisasi para pelaku UKM dari mulai onboarding dari shifting offline ke online.” ungkap Rofi Uddarojat.
Transformasi digital dan transformasi data diperlukan untuk meningkatkan kinerja industri digital commerce Indonesia. “Google itu memiliki database UKM terbesar di dunia dan ini termasuk database bisnis yang ada di indonesia jadi apapun sebetulnya, bisa ditemukan di Google Maps aplikasi publik. Ini bisa digunakan untuk mengklasifikasi kompetitor, partner, mencari tahu konsumen kita ada dimana dan analisis lainnya.” Farry Argoebie kemudian melengkapi.
Baca juga : 10 Potensi Industri Makanan dan Minuman dengan Location Intelligence
Keberhasilan digitalisasi perekonomian Indonesia bertumpu pada kemampuan masyarakat dan sektor swasta untuk menarik bakat, menetaskan UKM, dan mendorong transparansi. Mengatasi tiga masalah besar ini akan mempercepat kemajuan Indonesia dalam ekonomi digital secara lebih berkelanjutan.
Digital commerce Indonesia dapat beradaptasi untuk berinovasi
Sebagai online digital transformation, perlunya menerapkan produk atau teknologi yang dapat membantu mengoptimalkan bisnis dengan lebih baik didukung oleh data dan berpusat pada pengalaman pelanggan untuk memberikan hasil yang luar biasa. Fadil lebih dalam mengemukakan “Sayurbox pause for something bigger in terms of peningkatan sebesar dua kali lipat, kita consider untuk mempersiapkan beberapa hal, dari sisi operational strategic banyak hal yang dilakukan untuk improve, meningkatkan capacity for the demands, dan efficiency dari pengiriman.”
Pada potensi untuk mass market juga terjadi beberapa hal yang bisa di improve seperti memberikan layanan instant delivery services, loyalty program, free ongkir service, maupun cash on delivery pada channel pembayaran. “On the way to improve journey and experience of customer with the service, ada beberapa hal juga yang dilakukan yaitu menyediakan complaint order within Apps, meluncurkan virtual assistant, dan touchpoint di Whatsapp untuk memperlancar komunikasi dengan customer.” ungkap Fadil Muhammad.
Baca juga : 5 Solusi Google Maps Platform untuk Food Delivery
Data adalah kunci untuk mengaktifkan dan memanfaatkan digital transformation pada industri e-commerce Indonesia. Kualitas data yang tinggi memungkinkan kita merancang interaksi yang relevan, depersonalisasi, dan autentik. Dengan menggunakan platform data pelanggan yang andal seperti Google Maps Platform, Bisnis dapat meningkatkan kecepatan, relevansi, dan jangkauan interaksi yang dipersonalisasi di berbagai saluran. “Kami menyebut kecerdasan lokasi sebagai penggunaan data pemetaan dan geospasial untuk meningkatkan pengalaman pelanggan dan proses bisnis. Kecerdasan lokasi telah digunakan untuk mengubah cara bisnis beroperasi.” ungkap Jolly Ahuja.
“Untuk industri e-commerce, retail, FMCG dan lainnya, kita banyak membantu perusahaan juga untuk meng-automate sales mereka, jadi dari perencanaan penjualan, pencarian leads opportunity, kemudian planning harian hingga pelaporan status dan progress dari leads tertentu, supervisor bisa menarik data tentang area nya dia dan dari sana tarik ke regional mereka untuk melihat pencapaian dan kinerja mereka sendiri.” pungkas Farry Argoebie.