Metode Waterfall: Tahapan, Kelebihan, dan Kekurangannya

20 Februari 2023

Waterfall adalah metodologi untuk pengembangan proyek secara efisien dan tepat waktu”

Dalam membuat karya ilmiah pasti dibutuhkan metodologi atau metode penelitian. Begitu juga dalam membuat sebuah software. Terdapat metode yang digunakan. Salah satunya metode waterfall. Metode ini cukup populer karena cukup mudah diterapkan.

Metode Waterfall: Tahapan, Kelebihan, dan Kekurangannya

Key Takeaways

  • Metode waterfall adalah model pengembangan software yang seperti dianalogikan seperti air terjun, dimana tiap tahapannya dikerjakan secara berurutan dari atas ke bawah.
  • Ada 5 tahapan metode waterfall, yakni requirement analyst, design, implementation, testing dan maintenance.

Memangnya apa kelebihan dari metode waterfall ini hingga sangat populer digunakan oleh Software Engineer (SE)? Pada artikel ini kita akan memperkenalkan tentang pengertian, tahapan, kelebihan dan juga kekurangan dari metode waterfall ini. Simak artikel ini, terutama bagi Anda yang sedang ingin mengembangkan software untuk keperluan bisnis maupun lainnya.

Pengertian Metode Waterfall

Waterfall adalah salah satu metode pengembangan perangkat lunak atau juga dikenal dengan istilah Software Development Life Cycle (SDLC). Dinamakan waterfall karena model pengembangannya seperti dianalogikan seperti air terjun, dimana tiap tahapannya dikerjakan secara berurutan dari atas ke bawah.

Metode Waterfall merupakan pendekatan SDLC paling awal yang digunakan untuk pengembangan piranti lunak. Melihat sejarahnya, metode atau model waterfall pertama kali diperkenalkan oleh Herbert D. Benington di Symposium on Advanced Programming Method for Digital Computers pada 29 Juni 1956. Ia mempresentasikan tentang pengembangan perangkat lunak untuk SAGE (Semi Automatic Ground Environment).

Melansir dari laman Market Splash, agar waterfall berfungsi dengan baik, harus mengetahui semua persyaratan sebelum proses pengembangan dimulai.

Menurut Ekrut, syarat utama penggunaan metode waterfall adalah adanya kesepakatan antara pemangku kepentingan (stakeholders) dan pelanggan di awal proyek. Setelah itu barulah perencanaan dilakukan secara berurutan dengan mengadopsi fase-fase tadi. 

Dilihat dari persyaratan tersebut maka metode waterfall cocok digunakan apabila sebuah tim telah berada pada titik Well Understood Project. Artinya, adanya kesepahaman akan suatu proyek, sehingga akan mempermudah penerimaan sistem perangkat lunak. Begitu juga dengan pemrosesan akan jadi lebih cepat dan efisien.

Kriteria Proyek yang Cocok Menggunakan Metode Waterfall

Metode waterfall juga akan cocok digunakan untuk proyek dengan kriteria sebagai berikut:

  • Proyek dengan resiko kecil
  • Proyek yang tidak membutuhkan perubahan terus menerus, serta
  • Gambaran produk sudah sangat jelas
  • Proyek didukung oleh tim yang memiliki kompetensi cukup dalam menjalankan proyek.

Tahapan Metode Waterfall

Metode waterfall dibagi menjadi lima tahapan, berikut penjelasan lengkapnya.

1. Requirement Analyst

Pada tahap ini pengembang harus mengetahui seluruh informasi mengenai kebutuhan pengguna terhadap software. Misalnya seperti kegunaan software yang diinginkan oleh pengguna dan batasan software.

Informasi ini biasanya diperoleh dari wawancara, survey, ataupun diskusi. Setelah itu informasi dianalisis dan diolah sehingga mendapatkan data-data yang lengkap mengenai detail kebutuhan pengguna akan software yang akan dikembangkan.

2. Design

Tahap metode waterfall selanjutnya yaitu desain. Tahap ini secara umum mencakup kepentingan desain teknis seperti bahasa pemrograman, lapisan data, layanan, dan sebagainya. Spesifikasi desain biasanya akan dibuat untuk menguraikan bagaimana logika bisnis yang tercakup dalam analisis akan diimplementasikan secara teknis.

Ini bertujuan untuk memberikan gambaran lengkap tentang apa yang harus dikerjakan dan bagaimana tampilan dari sebuah sistem yang diinginkan.

Sehingga membantu kebutuhan hardware dan sistem agar lebih spesifik serta mendefinisikan arsitektur sistem yang akan dibuat secara keseluruhan.

3. Implementation

Tahap implementation and unit testing merupakan tahap pemrograman. Jadi proses penulisan code (coding) ada di tahap ini. Pembuatan perangkat lunak dibagi menjadi modul-modul kecil yang nantinya akan digabungkan dalam tahap selanjutnya.

Pada fase ini juga dilakukan pemeriksaan terhadap fungsionalitas modul yang sudah dibuat. Apakah sudah memenuhi kriteria yang diinginkan atau belum.

4. Testing

Pada tahap keempat ini akan dilakukan penggabungan modul-modul yang sudah dibuat sebelumnya dan mengintegrasikannya dalam sistem secara keseluruhan.

Setelah proses integrasi selesai, selanjutnya dilakukan pemeriksaan dan pengujian sistem secara keseluruhan untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya kegagalan dan kesalahan pada software.

Tahapan Metode Waterfall

5. Maintenance

Operation & Maintenance merupakan tahapan terakhir dari metode waterfall. Pada tahap ini software yang sudah jadi akan dijalankan atau dioperasikan oleh penggunanya. Disamping itu dilakukan pula pemeliharaan berupa:

  • perbaikan kesalahan.
  • perbaikan implementasi unit sistem.
  • peningkatan sistem sesuai kebutuhan.

Baca juga: Bagaimana Proses Pembuatan Software untuk Bisnis? Yuk, Simak!

Kelebihan Metode Waterfall

Adapun kelebihan yang dimiliki oleh metode waterfall, diantaranya sebagai berikut:

1. Workflow yang jelas

Model waterfall mempunyai rangkaian alur kerja sistem yang jelas dan terukur. Tiap tim, memiliki tugas dan tanggung jawab sesuai dengan keahlian masing-masing. Selain itu, pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Hasil dokumentasi yang baik

Waterfall merupakan pendekatan yang sangat metodis, dimana setiap informasi akan tercatat dengan baik dan terdistribusi kepada setiap anggota tim secara akurat dan cepat. Dengan adanya catatan ini, maka pekerjaan dari setiap tim akan menjadi lebih mudah, serta mengikuti setiap arahan sesuai catatan tersebut.

3. Dapat menghemat biaya

Kelebihan yang selanjutnya yakni dari segi resource dan biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan dengan menggunakan model ini. Metode waterfall membuat pengeluaran biaya menjadi lebih sedikit. Pasalnya pada metode waterfall ini klien tidak dapat mencampuri urusan dari tim pengembang aplikasi.

Berbeda dengan metode Agile, yang mana klien dapat memberikan masukan dan feedback kepada tim developer terkait perubahan atau penambahan fitur. Menyebabkan perusahaan mengeluarkan biaya yang lebih besar daripada Waterfall.

4. Digunakan untuk pengembangan software berskala besar

Selain dapat digunakan untuk proyek berskala kecil dan menengah, metode waterfall juga dinilai cocok untuk menjalankan pembuatan software berskala besar yang melibatkan banyak sumber daya manusia dan prosedur kerja yang kompleks. Tapi kembali lagi, semua disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan proyek yang diambil.

Kekurangan Metode Waterfall

Adapun kelemahan dari metode waterfall adalah sebagai berikut:

1. Membutuhkan tim yang solid

Untuk menggunakan model waterfall dibutuhkan dukungan dari setiap stakeholders yang ada. Setiap tim harus mempunyai kerja sama dan koordinasi yang baik agar terbentuk tim yang solid. Dikarenakan, apabila salah satu tim tidak dapat menjalankan tugasnya, maka akan sangat berpengaruh terhadap alur kerja tim yang lain.

2. Masih kurangnya fleksibilitas

Semua tim harus bekerja sesuai dengan arahan dan petunjuk yang telah ditetapkan di awal. Selain itu, klien tidak dapat mengeluarkan pendapat dan memberikan feedback kepada tim pengembang di setiap tahap. Klien hanya bisa memberikan masukan pada tahap awal perancangan sistem perangkat lunak saja.

3. Tidak dapat melihat gambaran sistem dengan jelas

Dengan model waterfall, klien tidak dapat melihat gambaran sistem secara jelas. Hal ini berbeda dengan model agile yang memungkinkan sistem dapat terlihat dengan baik meskipun masih dalam proses pengembangan.

4. Butuh waktu yang lebih lama

Proses pengerjaan dengan menggunakan metode waterfall terbilang cukup lama jika dibandingkan dengan model SDLC yang lain. Pasalnya tahapan pengerjaan aplikasi yang dilakukan satu per satu, tanpa bisa dilompati. Misalnya, tim developer tidak akan bisa melakukan proses coding jika tim designer belum menampilkan tampilan desain dari aplikasi. Ini menyebabkan adanya waktu kosong bagi pengembang karena harus menunggu anggota tim menyelesaikan tiap tahap. Pada akhirnya membuat waktu yang dibutuhkan jadi lebih lama.

Bagaimana? Dengan segala kelebihannya dan keefisienan yang ditawarkan, metode waterfall terlihat menarik kan untuk diterapkan dalam pengembangan proyek IT? Semakin ingin segera mewujudkan software untuk menunjang aktivitas bisnis, tapi kekurangan tenaga Software Engineer? Serahkan pada Terralogic!

Baca juga: Tips Memilih Perusahaan Software Development yang Tepat

Memiliki Software untuk Menunjang Bisnis Anda, yang dikembangkan oleh Terralogiq dengan Metode Waterfall

Terralogiq adalah perusahaan solusi IT yang dipercaya oleh lebih dari 150 klien di seluruh Indonesia. Kami adalah mitra resmi Google Cloud Premier Partner yang dapat membantu Anda menyerap, memproses, dan menganalisis aliran peristiwa secara real time untuk menemukan solusi pengembangan terkini yang Anda butuhkan. 

Solusi analisis Google Cloud ini membuat data menjadi lebih teratur, berguna, dan mudah diakses sejak dibuat. Anda juga bisa mendapatkan market insight dengan memanfaatkan data geospasial pada alur kerja big data.

Tertarik untuk mengetahui lebih lanjut dan menggunakan layanan kami? Kunjungi website resmi kami pada link ini untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.

Author Profile

Albi Panatagama

Marketing and Public Relations Terralogiq Premier Partner Google Maps Platform

|

Share this post on

Related Article