Institusi
Challenge to Excellence Charter School (C2E), di Parker, Colorado, melayani 510 siswa di Distrik Sekolah Douglas County. C2E mengkhususkan diri pada bidang matematika, sains, dan teknologi untuk kelas K-8. Para siswa berasal dari berbagai latar belakang etnis dan budaya: banyak yang berbicara dalam bahasa Hindi, Bengali, Rusia, dan Spanyol, selain bahasa Inggris.
Menciptakan budaya mobilitas dan akses
Ketika Beth Mossholder bergabung dengan C2E sebagai guru kelas empat pada tahun 2006, tidak lama setelah sekolah ini didirikan, ia hanya menemukan sedikit sekali teknologi yang dapat digunakan untuk berbagi dengan para siswa. "Tidak ada Wifi, dan saya membawa laptop dan router sendiri untuk membuat hotspot," kenang Mossholder, yang kini menjadi guru teknologi K-8 di sekolah tersebut.
Pada tahun 2010, sekolah ini memiliki akses nirkabel di seluruh gedung. "Saya memiliki visi untuk menjadi tanpa kertas," ujar Mossholder. Sebelumnya, murid-murid C2E menggunakan kertas agenda untuk melacak pelajaran dan pekerjaan rumah; jika mereka kehilangan agenda tersebut, mereka tidak memiliki catatan tentang tugas-tugas mereka.
Mossholder berpikir bahwa penggunaan Google Apps for Education tidak hanya dapat membantu sekolah menjadi paperless, namun juga mengatasi tantangan lain seperti memudahkan staf untuk berkomunikasi di luar jam sekolah. "Saya mengatakan kepada atasan saya bahwa kami tidak perlu kembali ke sekolah pada malam hari hanya untuk mendapatkan email-kami semua bisa lebih mobile," kata Mossholder.
Saat ini, para siswa mengelola tugas-tugas kelas menggunakan Google Kalender. Mereka bisa mengikuti jadwal kalender guru mereka, dan guru juga dapat mengunggah kalender secara online sehingga orang tua bisa melihat apa yang terjadi di kelas. "Ini sangat bagus untuk siswa kami yang berada dalam spektrum autisme, yang bagi mereka pengorganisasian bisa menjadi tantangan," kata Mossholder.
"Kalender Google membantu kami meminta pertanggungjawaban siswa karena mereka bisa mengakses kalender online mereka, yang mendukung agenda, dari mana saja," ujar Linda Parker, kepala sekolah C2E. "Kami ingin menghilangkan sindrom 'Saya tidak punya PR, Bu'. Sekarang orang tua bisa mengunduh sendiri kalender guru." Mengganti perencana kertas dengan Google Apps juga merupakan keuntungan bagi anggaran sekolah: C2E menghemat biaya tahunan sebesar $2.500 untuk perencana, dan memungkinkan sekolah untuk mengurangi biaya siswa.
“Siswa diberdayakan untuk menemukan jawaban mereka sendiri, yang menempatkan mereka di jalur untuk menjadi pemimpin. Mereka tahu bahwa tidak peduli berapa usia mereka atau di kelas berapa mereka berada, mereka semua cerdas dan mampu.”
Beth Mossholder, K-8 Technology Teacher, Director of Instructional Technology, Challenge to Excellence Charter School
Memberdayakan siswa untuk belajar dan bereksplorasi bersama
Karena senang dengan perubahan positif ini, spesialis integrasi teknologi Julie Stewart mengajukan permohonan hibah EdTech Team untuk menghadirkan tablet Android dengan Google Play for Education ke C2E. "Kami ingin membiasakan anak-anak dengan teknologi sejak usia dini, dan juga menginginkan perangkat yang bisa mereka bawa pulang," katanya. Hibah dari EdTech Team memberikan Stewart 25 tablet Nexus 7 untuk ruang kelasnya.
Google Play untuk Pendidikan memberdayakan guru-guru C2E untuk menemukan dan berbagi aplikasi yang menyenangkan dan edukatif untuk kelas mereka. Google Play untuk Pendidikan berisi lencana yang menunjukkan aplikasi mana yang telah disetujui oleh para pendidik, dan para guru dapat menelusuri berdasarkan kelas, mata pelajaran, dan standar pendidikan untuk menemukan aplikasi yang tepat untuk kegiatan siswa.
"Dulu saya menghabiskan waktu malam dan akhir pekan untuk mencari aplikasi yang dibutuhkan para guru," ujar Mossholder. "Sekarang guru memiliki kekuatan untuk berkreasi menemukan aplikasi sendiri." Mandy Krien, guru pendidikan khusus pada C2E, adalah pengguna awal Google Play untuk Pendidikan. Ia menemukan aplikasi bernama Read & Write yang membantu anak-anak yang mengalami kesulitan belajar untuk menulis dan berkomunikasi.
Guru kelas tiga, Sean Carmody, juga suka mencari aplikasi yang dapat membantu siswa bekerja sendiri, bahkan ketika seluruh kelas mempelajari konsep yang sama. "Saya suka menggunakan Math Pack dan Math Evolve karena keduanya memiliki tingkat kesulitan yang beragam," jelas Carmody. "Murid-murid saya dapat bekerja dengan kecepatan mereka sendiri, dan menantang diri mereka sendiri untuk naik ke level berikutnya."
Dan para siswa juga telah mempertimbangkan daya tarik tablet dan aplikasi. "Mereka membantu saya belajar dengan membuka dunia lain untuk teknologi," kata Laura, siswa kelas empat yang menggunakan tablet di kelas dua dan tiga. "Saya belajar hal-hal baru dan keren melalui aplikasi-aplikasi yang menyenangkan seperti game, tetapi juga membuat pikiran Anda lebih cerdas."
Melakukan kunjungan lapangan virtual menggunakan tablet
Para guru sangat terkejut dengan cara-cara kreatif yang dapat dilakukan oleh tablet untuk meningkatkan pelajaran. Ketika Aryaman, seorang siswa kelas dua, memberi tahu teman-teman sekelasnya bahwa dia akan melakukan perjalanan keluarga ke India, Stewart mendapatkan inspirasi. "Saya memutuskan untuk membawa sebuah tablet bersamanya ke India, agar ia dapat memotret," ujarnya. "Dia mulai mengirimi kami foto-foto yang luar biasa melalui email, dan saya berpikir, 'ini seperti karyawisata virtual untuk anak-anak'. " Kembali ke sekolah, para siswa menggunakan tablet mereka dan Google Earth untuk mencari tahu ke mana saja teman sekelasnya bepergian, termasuk tempat-tempat terkenal seperti Taj Mahal.
“Ketika siswa tersebut kembali dari perjalanannya, teman-teman sekelasnya menunjukkan semua gambar dan informasi yang telah mereka kumpulkan," kata Stewart. "Anda dapat merasakan kegembiraan mereka-proyek ini membantu membawa murid-murid saya ke luar dari empat dinding ruang kelas.”
Para siswa di jalan menuju kepemimpinan
C2E kini menggunakan 105 tablet untuk ruang kelas taman kanak-kanak, kelas satu dan dua, dan menawarkan tablet 1:1 atau (one on one) di kelas dua serta Chromebook 1:1 di kelas tiga hingga delapan. Di seluruh kelas dan mata pelajaran, para guru dan siswa mengeksplorasi cara-cara baru untuk mendalami proyek-proyek kelas.
“Ketika beberapa anak kelas dua tertarik dengan Perang Dunia II, kami meminta ayah teman saya, seorang veteran, untuk berbicara kepada siswa kami tentang pengalamannya sebagai tentara," ujar Stewart. "Anak-anak menggunakan tablet mereka untuk membaca artikel berita tentang veteran dan perang, kemudian mereka mengumpulkan pertanyaan mereka di Google Sheet dan berbicara dengan veteran tersebut menggunakan Google Hangout. Sungguh luar biasa melihat sekelompok anak berusia delapan tahun berinteraksi dengan seorang veteran berusia 95 tahun.”
Selama proyek seperti ini, Mossholder dan Stewart menyadari bagaimana teknologi mengubah dinamika belajar mengajar di ruang kelas C2E. "Saya mendapatkan momen 'aha' yang luar biasa ketika melihat guru tidak lagi berdiri di depan kelas dengan barisan siswa yang menunggu untuk meminta bantuan," kata Mossholder. "Para siswa diberdayakan untuk menemukan jawaban mereka sendiri, yang menempatkan mereka di jalur untuk menjadi pemimpin. Mereka tahu bahwa tidak peduli berapapun usia mereka atau kelas berapa pun, mereka semua cerdas dan mampu."
*Seperti yang dikutip dari https://edu.google.com/case-studies/challenge-to-excellence/ (22/09/2021)