Digital Surface Model: Survey Topografi Digital untuk Membantu Bisnis

28 April 2023

Digital Surface Model (DSM) adalah sebuah model untuk memproyeksikan kondisi sebuah lokasi dengan tampilan data yang mirip dengan kondisi realita. Teknologi bisa dimanfaatkan mulai dari perencanaan hingga pemeliharaan aset-aset bisnis yang Anda miliki.

Key Takeaways:

  • Terdapat 3 model pemetaan ketinggian yaitu DSM, DTM, dan DEM.
  • Setiap model pemetaan mampu menampilkan berbagai data berbeda tergantung dari tujuan pengumpulan data.

Untuk menunjang kebutuhan perencanaan tidak jarang dibutuhkan gambaran model permukaan bumi.

Model permukaan bumi ini digunakan mulai dari tahap perencanaan hingga tahap pemeliharaan.

Dalam bidang konstruksi sendiri teknologi ini digunakan untuk merekayasa kondisi lapangan tempat konstruksi akan dibangun. Biasanya model sebuah konstruksi harus mengikuti kondisi geografis pada lokasi. Sehingga sebelum dilakukan pembangunan atau pembuatan rancang bangun dibutuhkan teknologi yang mampu memberikan kondisi lapangan yang mendekati kenyataan.

Menjawab kebutuhan itu muncul sebuah teknologi yang mampu melakukannya.

Teknologi yang digunakan adalah adanya sensor dari kamera yang mampu menangkap pantulan cahaya matahari oleh medium tertentu dan ditangkap menjadi foto dari udara.

Pantulan dari cahaya matahari ini akan dipantulkan dari berbagai medium berbeda. Ada cahaya yang sampai permukaan tanah, batu, pepohonan atau atap rumah. Perbedaan pantulan ini memberikan informasi tentang perbedaan ketinggian.

Inilah awal mula terciptanya perbedaan model Digital Surface Model (DSM) dan Digital Terrain Model (DTM).

Apa Itu DSM (Digital Surface Model)?

Model DSM atau disebut juga Model Permukaan Digital adalah model permukaan bumi yang menggambarkan seluruh objek permukaan bumi yang terlihat.

Apa Itu DSM (Digital Surface Model)?
Source: Zonaspacial.com

Dengan menggunakan digital surface model objek bangunan dan vegetasi yang menutupi permukaan tanah terbuka akan bisa terlihat. Tampilan dari digital surface model terlihat seperti bentuk realita kondisi geografis sebuah area (gambar di atas).

Model DSM digunakan untuk kebutuhan pemodelan 3D untuk berbagai kebutuhan seperti telekomunikasi, perencanaan kota, dan jalur penerbangan.

Ada tiga pemanfaatan yang bisa dilakukan:

  • Pendekatan Zona Runaway: Untuk penerbangan, DSM bermanfaat untuk pengukuran halangan dalam landasan pesawat.
  • Pengelolaan Lingkungan: Pada pendekatan ini, DSM dapat dimanfaatkan untuk pengukuran perbedaan tutupan area.
  • Analisis Obstruksi: DSM dapat digunakan untuk menganalisis potensi dan konektivitas dalam hal perencanaan wilayah.

Sumber Data Digital Surface Model

Pada DSM ada 3 sumber data yang biasa dijadikan acuan:

  • Peta topografi yang menyediakan referensi geografis yang menyimpan informasi koordinat dan elevasi tentang fitur medan seperti medan, bangunan dan struktur, jalan, sungai, kontur penggunaan lahan, batas administratif, dan sebagainya.
  • Remote sensing materials yang diperoleh dalam mode stereo digunakan untuk membuat model permukaan digital dan ortofoto.
  • Titik pada awan yang didapat dari Laser Scanning.

Baca juga: Geofencing: Teknologi Lokasi untuk Tingkatkan Efektivitas Pemasaran

Apa itu Digital Terrain Model (DTM)?

Digital terrain models adalah metode deskripsi digital dari permukaan medan secara poin 3D. DTM mendekati sebagian atau seluruh permukaan terrain dengan satu set point diskrit.

Apa itu Digital Terrain Model (DTM)?
Source: Zonaspacial.com

Menurut Setiyoko & Kumar (Journal of Remote Sensing and Earth Science), 2012 dalam Susetyo dan Ayetiawa, 2016, Digital Terrain Model (DTM) merupakan salah satu output dalam pemetaan rupabumi Indonesia (RBI) yang dibentuk dari unsur-unsur hipsografi seperti mass point, garis punggung bukit dan perairan. Unsur-unsur tersebut dibentuk menggunakan teknik fotogrametri menggunakan stereo image, dimana pada skala besar umumnya menggunakan foto udara, sedangkan pada skala menengah digunakan data citra (radar dan optis). Proses interpolasi dilakukan untuk menghasilkan DTM dari titik-titik yang mempunyai informasi ketinggian.

Terdapat tiga metode interpolasi data yaitu TIN, IDW, dan Kriging, namun hingga saat ini tidak ada ketentuan khusus mengenai metode interpolasi yang seharusnya digunakan dalam pembentukan DTM (Digital Terrain Model) dalam proses pemetaan RBI.

Semakin bagus DTM (Digital Terrain Model) yang dihasilkan (ditunjukkan dengan nilai error yang kecil), maka akan semakin menggambarkan kenampakan muka bumi mendekati dengan keadaan yang sebenarnya.

Digital Elevation Model (DEM)

Selain DSM & DTM, ada lagi sebuah model yang cukup umum digunakan yaitu Digital Elevation Model (DEM).

Identik dengan model DTM, DEM adalah grid raster yang mereferensikan titik awal dari permukaan bumi. Pada pemodelan ini Anda dapat menghilangkan objek seperti bangunan, dan pohon untuk melihat gambaran topografi dengan lebih jelas.

Menurut keterangan Mogal, 1993 dan Purwanto,2015 dalam Duantari Novita, 2017, Digital Elevation Model (DEM) khususnya digunakan untuk menggambar model relief rupa bumi tiga dimensi (3D) yang menyerupai keadaan sebenarnya di dunia nyata divisualisasikan dengan bantuan teknologi komputer grafis dan teknologi virtual reality.

Dengan Digital Elevation Model (DEM) yang mampu menghasilkan data raster, vector, dan data lainnya memungkinkan tersedianya informasi tentang ketinggian dan kemiringan. Sehingga bisa dimanfaatkan dalam analisa bencana.

Dengan menggunakan DEM kita dapat melihat daerah rawan bencana banjir dan tanah longsor. Dalam bidang pertambangan, DEM digunakan untuk menentukan lokasi penambangan yang tepat.

Sumber data yang dikumpulkan oleh DEM adalah foto udara. Namun bukan sembarang foto udara sembarangan yang digunakan. Foto udara berupa foto udara stereo agar mendapatkan axiz x,y dan z, hal ini dimaksudkan agar interpretasi ketinggian juga bisa didapatkan dalam DEM.

Foto udara yang dipakai merupakan foto udara skala besar yaitu 1:10.000. Foto udara dengan skala kecil sangat bermanfaat terutama untuk manajemen tata ruang sehingga dengan mengolah informasi DEM dari foto udara skala ini dapat memberikan informasi yang lebih detail mengenai relief permukaan bumi yang dipetakan.

Selain foto udara stereo, sumber data yang digunakan oleh model DEM adalah citra satelit stereo (Stereo-pairs technique), data pengukuran lapangan (GPS, Theodolith, EDM, Total Station, Echosounder), peta topografi (Interpolation Technique), peta topografi (Interpolation Technique), radar (Radar technique), LiDAR (Laser Scanner Technique). Sedangkan bentuk data dari DEM meliputi titik (titik tinggi), garis (kontur), dan penyiraman.

Baca juga: Topographic untuk Pengembangan Bisnis

Pemanfaatan Digital Elevation Model (DEM)

Dalam praktiknya DEM dapat dimanfaatkan untuk keperluan berikut:

  • Hidrografi: Hidrologi memanfaatkan DEM untuk menggambarkan batas air, menghitung akumulasi aliran air dan arah aliran air.
  • Stabilitas Batuan: Berguna untuk membantu perancangan jalan raya, pemukiman, dan antisipasi daerah rawan longsor dan daerah lereng tinggi dengan vegetasi yang jarang.
  • Pemetaan Tanah: DEM membantu pemetaan jenis tanah berdasarkan pengamatan terhadap elevasi, kondisi geologi, faktor pendukung lainnya.

Baca juga: Mengenal Citra Multispektral dalam Penginderaan Jauh

Perbedaan DEM, DTM, dan DSM

Melihat informasi yang telah disajikan untuk ketiga model di atas. Bisa kita simpulkan bahwa perbedaannya terdapat pada informasi ketinggian yang disajikan oleh tiap model.

Pada DTM dan DEM data yang dihasilkan adalah tampilan permukaan tanah saja.

Sedangkan pada model DSM kita bisa mendapatkan gambaran objek-objek yang berada pada permukaan tanah.

DTM merupakan DEM yang telah ditambahkan fitur breaklines sehingga dapat memberikan definisi yang lebih baik tentang karakteristik permukaan topografi, seperti sungai, garis punggungan, dan lain-lain. Namun untuk kepentingan praktis, DEM umumnya identik dengan Digital Terrain Model (DTM).

Kualitas DEM, DTM, dan DSM

Untuk sub-bab terakhir, mungkin timbul sebuah pertanyaan seberapa baik kualitas data yang dapat dihasilkan oleh model-model di atas.

Fungsi dari model-model ini adalah untuk menunjukkan data ketinggian sebuah topografi, maka dari itu data yang dihasilkan sangat dipengaruhi hasil axis z. Axis yang dijadikan sebagai acuan ini didapatkan dari pengukuran secara langsung pada wilayah tersebut.

Kepresisian ini ditentukan dari banyak sebaran sample titik dan ketelitian sample titik yang akan digunakan sebagai input model-model di atas.

Solusi Pengukuran Geospatial untuk Bisnis Anda

Setelah mendapatkan berbagai informasi di atas, Anda mungkin kebingungan untuk dapat melakukan berbagai pekerjaan di atas. Padahal Anda tahu bahwa data-data yang dihasilkan dari model di atas sangat Anda perlukan untuk bisnis Anda.

Untuk membantu Anda menyelesaikan permasalahan Anda terkait geospatial. Terralogiq dapat membantu Anda menemukan solusi terbaik untuk bisnis Anda.

Dengan memanfaatkan layanan geospatial dari Terralogiq Anda akan mampu melakukan geomarketing, assets management system, assets collaterals, dan berbagai kebutuhan custom geospatial sesuai dengan masalah bisnis Anda.

Salah satu klien yang telah merasakan layanan ini adalah PGN (Perusahaan Gas Negara). Dengan memanfaatkan assets management system menggunakan Google Maps Platform, memudahkan PGN dalam melakukan monitoring setiap asetnya dengan tampilan yang sudah tentu sangat mudah untuk dipahami.

Pemanfaatan ini tidak berhenti di sana, dengan memanfaatkan Point of Interest di lokasi proyek, teknologi ini bisa dimanfaatkan untuk melakukan perencanaan pembangunan proyek dengan lebih baik lagi. Kunjungi website kami segera!

Author Profile

Albi Panatagama

Marketing and Public Relations Terralogiq Premier Partner Google Maps Platform

|

Share this post on

Related Article